Pakar Telematika: 2020 Ada 200 Miliar Perangkat Terhubung Jaringan Internet Global

  • Bagikan
Ketua Forum Telematika KTI Hidayat Nahwi Rasul saat menjadi pembicara dalam pelatihan digital marketing. (Foto: Ilmaddin Husain/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: MAKASSAR – Penetrasi pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Merujuk data 2016, pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta orang dari total populasi penduduk 256,2 juta orang.

Tingginya pengguna internet ini akan berimplikasi pada aktivitas ekonomi digital dan menggeser aktivitas ekonomi tradisional. “Pada 2020 nanti, jumlah transaksi ekonomi melalui internet mencapai 130 miliar dolar Amerika Serikat (AS),” kata Ketua Forum Telematika Kawasan Timur Indonesia (KTI) Hidayat Nahwi Rasul disela-sela pelatihan digital marketing di Hotel Dinasti, Jalan Lombok, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (11/8/2017).

Pelatihan yang digelar Dinas Pemuda dan Olahraga Sulawesi Selatan ini diikuti berbagai elemen pemuda, diantaranya 50 orang Pemuda Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan. Turut hadir utusan Laskar Merah Putih (LMP) dan Mapalasta UIN Alauddin Makassar. Selain pakar Telematika Hidayat Nahwi Rasul, pemateri pelatihan yaitu pakar bisnis online Ali Mustika Sari.

Pelatihan ini mendorong pemuda di Sulawesi Selatan produktif dengan berwiraswasta di sektor bisnis online. “Dengan bekal ilmu digital marketing, pemuda diajak produktif. Jangan gunakan internet untuk sekedar menghabiskan kuota. Gunakan internet untuk mencari uang, sehingga bisa menjadi jutawan muda,” kata anggota White List Nusantara Kemkominfo ini.

Menurut data, pada 2020 akan ada 200 miliar perangkat yang terhubung pada jaringan internet global sebagai dampak dari Internet of Things (IoT). “Sebesar 65 persen pengguna internet di Indonesia ada di Pulau Jawa. Angkanya menyentuh 86,3 juta orang. Adapun di Sulawesi, pengguna internet sebesar 6,3 persen atau 8,4 juta orang,” kata Hidayat.

Ekonomi digital menjadi aktivitas ekonomi yang memanfaatkan teknologi digital secara masif dalam segala aspek perilau ekonomi masyarakat. “Di era internet sekarang ini, orang bisa berdagang tanpa harus mempunyai toko. Ada google dengan konsep digital marketing yang mempertemukan antara penjual dan pembeli,” ungkap Ketua LDII Sulawesi Selatan ini.  

Menurut Hidayat, era IoT adalah fenomena kemajuan informasi teknologi. “Jadi, teknologi informasi bukan hanya menjadi alat untuk berkomunikasi, tetapi juga mendorong ekonomi informasi,” ujarnya.

Dengan bandwith yang semakin lebar, akses internet juga semakin cepat (high speed internet). Awalnya berkembang teknologi 3 generation (3G) lalu menjadi 4G. Pada 2020 teknologi 5G akan tumbuh. “Internet berkecepatan tinggi ini ikut mendorong ekonomi informasi. Misalnya transaksi penjualan kelapa sawit akan menggunakan video. Tidak lagi sebatas gambar,” papar Ketua Komisi Teknologi ICMI Sulawesi Selatan ini.

Dengan demikian, kata Hidayat, era IoT ikut mempertemukan antara penjual dan pembeli maupun produsen dan konsumen dalam konteks lokal, regional, dan global. “Ekonomi digital akan meningkat signifikan baik transaksi maupun pelakunya,” ucapnya.

Bersamaan dengan semakin cepatnya akses internet, masalah terkait konten juga bermunculan. “Misalnya penyebaran hoax, pornografi, dan pornoaksi,” sebut Hidayat.

Untuk itu kata Hidayat, di era internet para netizen harus dibekali moralitas dan ilmu agama agar tidak terjebak pada hal-hal yang negatif. “Kita harus lebih mawas diri di era internet ini,” tutupnya.

Laporan: Ilmaddin Husain (Pemuda LDII Sulawesi Selatan)

  • Bagikan